Jumat, 03 Januari 2014

Momentum Part.2

2. Membahagiakan orang lain
jika kita berbicara tentang kebahagiaan, mungkin hampir semua orang dalam hidup ini melakukan banyak hal untuk mengejar kebahagiaan.
tapi pernahkan kita berfikir untuk mengutamakan kebahagiaan orang lain? mungkin sebagian dari kita berfikir " gue aja belum bahagia, ngapain repot mikirin elu??"
pernahkah kalian mencoba, ternyata memberikan kebahagiaan atau memberikan kebaikan kepada orang lain, membuat kita menjagdi mahagia, ada seuatu yg hangat mengalir dalam dada kita ketika kita memikirkannya.
dan tentu saja itu adalah sebuah investasi yg sangat berharga untuk kita.
momentum ini saya dapatkan kemarin. ketika saya sedang membuat paspor, pegi kemarin didepanku ada seorang wanita yg bersandar pada pegangan tangga. dan ternyata pegangan itu kotor, dan bajunya menjadi kotor. lalu aku mememberitahunya bahwa pegangan itu kotor,
dan aku membersihkan bajunya di bagian punggung yg terkena kotoran tadi.
dia berterimakaish atas itu, dan tau tidak.. sepanjang kami membuat paspor dia sangat ramah kepadaku. setiap kali aku ke kamar mandi ataus ekedar jalan2 supaya si kecil tidak bosan, dia selalu menyapaku, menyapaku, atau sekedar menanyakan apakah aku sudha wawancara,
atau sudah foto. dan kami juga ngobrol dengan sangat baik. sayangnya aku lupa menanyakan namanya. tapi yg apsti dia sangat baik kepadaku.
meski hal ini sudah aku lakukan dari dahulu kala, tapi pada momentum ini, aku ingin selalu memberikan kebaikan kepada orang lain. siapapun itu, kapanpun, selama aku bisa, aku akan berusaha.

3. tentang sebuah nilai
aku banyak melihat manusia yg memberikan nilai terhadap sesuatu dengan tidak objectif. misalnya saja begini, sejumlah uang 100.000, nilainay bisa berbeda bagi seseorang.
samplenya berikut. nilai 100 ribu itu tadi bisa jadi sangat berharga ketika untuk diberikan kepada orang lain. tetapi disisi lain, 100 ribu itu tadi harganay rendah jika digunakan untuk diri sendiri.
jadi seseorang tidak keberatan sama sekali menghabiskan uang 100.000 untuk dirinya sendiri, sedang nilai 100.000 itu sangat berharga jika diberikan kepada orang lain.
padahal jika kita melihat nilainya adalah sama, yaitu 100.000.

sample lainnya adalah, ketika seorang ibu meminta uang belanja tambahan kepada anaknya senilai 200.000. si anak langsung menceramahi ibu panjang lebar. dia menerangkan bahwa pengeluaranya sekian sekian sekian, dan jika si ibu meminta lagi maka dia tidak bsia menabung.
padahal si ibu meminta uang belanja tambahan sebenarnya untuknya juga. karna uang belanja itu tentu saja untuk memenuhi kebutuhan sehari2 satu rumah. karna saat ini harga2 sudha naik, dan dia hanya ingin memberikan yg terbaik untuk keluarganya.
di sisi lain, si ibu sudah tidak bisa bekerja lagi. dalam batin si ibu, seandainya aku maish bisa bekerja, nisacaya aku tidak akan meminta kepadamu nak. tapi sudahlah, daripada engkau tidak ridho atas apa yg kamu berikan kepada ibu, ibu akan berusaha mencukupkan uang belanja yg kau berikan.
sehari setelah kejadian itu, si anak berulang kali bertanya kepada ibunya tentang teman ibunya yg mempunyai kartu kredit. si ibu penasaran akhirnya bertanya, karty kreditnya untuk apa nak?
apakah kamu akan membawanya saat perjalanan dinas. si anak akan di tugaskan oleh kantornya ke luar negeri. kemudian si anak menjawab, "tidak bu, kebetulan di tempat aku ditugaskan akan ada pertandingan baseball, jadi sekalian aku ingin melihat pertandinganya.".
si ibu terkaget bukan main, lalu dia bertanya, berapa harga tiketnya? apakah harus membeli dengan kartu kredit? ..
si anak menjawab, bisa membeli di lokasi tapi harganya jauh lebih mahal, jika membeli menggunakan kartu kredit harganya 500 ribu. si ibu hanya menangis dalam hati.
betapa anehnya hidup ini, kemarin dia meminta uang tambahan yg jumlahnya 200 ribu yg itu untuk si anak juga, tidak dikabulkan. sedangkan, hari ini dia mendapati anaknya dengan mudahnya dia membuang uang yg nilainya lebih dari 2 x lipat uang tambahan yg dia meinta hanay demi sebuah pertandingan yg mungkin hanya 2 jam saja.betapa
sakit hati si ibu mendapati kenyataan yg demikian. si ibu bukan tidak ingin anaknya bahagia, namun dia terakdnag merasa gagal dalam mendidik anaknya. dia hanya mendoakan saja semoga Tuhan senantiasa melindungi anaknya.

0 komentar:

 
Copyright © just wanna be my self. All rights reserved.
Blogger template created by Templates Block | Start My Salary
Designed by Santhosh